Tasawauf di Indonesia
I.
Kata Pengantar
Puji serta syukur selalu tercurahkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan beberapa macam-macam nikmat-Nya, nikmat iman, islam, serta sehat
wal’afiat. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rosullallah SAW. yang
telah membawa ummatnya dari zaman kebodohan sampai zaman sekarang yang penuh
ilmu pengetahuan.
Tujuan
membuatan makalah ini adalah sebagai bentuk pelaksanaan tugas yang diberikan
oleh dosen mata kuliah yaitu pelajaran Tashawuf, Mudah-mudahan dengan adanya makalah
ini bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Terimakasih kepada dosen mata kuliah
yaitu mata pelajaran Tashawuf, serta pihak-pihak lain yang berperan dalam
pembuatan makalah ini.
Rumusan masalah
:
1.
Bagaimana
sejarah Tashawuf di Indonesia ?
2.
Siapa saja
tokoh Tashawuf di Indonesia ?
II.
Pembahasan
A.
Sejarah perkembangan Tashawuf di Indonesia
Perkembangan
tasawuf di Indonesia berkaitan erat dengan proses islamisasi di kawasan
Nusantara. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar penyebaran Islam di
Nusantara merupakan jasa para sufi.
Berdirinya
kerajaan Islam Pasai menjadi titik sentral penyiaran agama Islam ke berbagai
daerah di Sumatra dan pesisir utara Pulau Jawa. Di daerah Minangkabau tokoh yang
sangat berjasa dalam mengupayakan penyebaran Islam adalah Syekh Burhanuddin
Ulakan murid Syekh Abd Rauf Singkel seorang tokoh sufi yang tersohor. Dari
didikan Syekh Burhanuddin Ulakan ini lahir ulama-ulama besar seperti Tuanku Nan
Renceh, Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Pasaman dan lain-lain.
B.
Tokoh tashawuf Indonesia dan pemikirannya
1)
Hamzah Fansuri
Syekh Hamzah Fansuri di kenal
sebagai seorang pujangga Islam yang sangat populer dalam kesusastraan Melayu
dan Indonesia. Meskipun kebesaran nama beliau di akui oleh para ahli, namun
tahun dan tempat kelahiran beliau belum di ketahui.
Ajaran Tasawuf Hamzah Fansuri
Pemikiran
Al-Fansuri banyak di pengaruhi oleh Ibn Arabi dalam Wahdat al-Wujud-nya.
Ia mengajarkan bahwa Tuhan lebih dekat daripada leher manusia sendiri dan Tuhan
tidak bertempat. Ia memahami ayat Al-Qur’an “Di mana kamu hadapkan wajahmu
di situ ada wajah Tuhan.” Wajah Tuhan di tafsirkan sebagai sifat-sifat
Tuhan seperti Pengasih, Penyayang, Jalal, dan Jamal. Oleh sebab itu ia menolak
perkataan Abu Yazid Al-Bustami yang mengatakan bahwa Tuhan berada di dalam
jubahnya.
2)
Nuruddin Al-Raniri
Nuruddin Ar-Raniri lahir di kota Ranir Pantai Gujarat, India. Tahun
kelahirannya tidak di ketahui tetapi banyak ahli yang memperkirakan ia lahir di
akhir abad 16. Guru yang paling berpengaruh adalah Abu Nafs Sayyid Imam bin
‘Abdullah bin Syaiban, seorang guru Tarekat Rifa’iyah.
Ar-Raniri
merupakan tokoh pembaharuan Islam di Aceh. Pembaharuan utamanya adalah
memerangi aliran Wujudiyyah yang dianggap aliran sesat.
Ajaran Tasawuf Ar-Raniri
Mengenai ketuhanan, Ar-Raniri berupaya menyatukan
paham Mutakallimin dengan paham para sufi yang diwakili oleh Ibn Arabi.
Ia berpendapat ungkapan “wujud Allah dan Alam Esa” berarti alam ini merupakan
sisi lahir dari hakikat batin yaitu Allah SWT sebagaimana yang dimaksud Ibn
Arabi. Tetapi hakikatnya alam ini tidak ada yang ada adalah wujud Allah Yang
Esa. Jadi ia berpendapat bahwa alam ini tidak bisa dikatakan berbeda dengan
Allah atau bersatu dengan Allah, alam ini merupakan tajalli Allah SWT.
Ar-Raniri berpandangan alam ini diciptakan melalui tajalli,
ia menolak ajaran Al-Farabi tentang emanasi karena membawa pada pengakuan alam
ini qadim hingga dapat jatuh pada kemusyrikan.
Ajaran Wujudiyyah menurutnya Ar-Raniri berpusat
pada Wahdat Al-Wujud yang di salah artikan oleh kaum Wujudiyyah dengan
arti kemanunggalan Allah SWT.
Menurutnya, ajaran Hamzah Al-Fansuri tentang wahdat Al-wujud dapat membawa kepada kekafiran. Jika Tuhan dan
makhluk itu satu maka dapat di artikan Tuhan adalah makhluk dan makhluk adalah
Tuhan. Semua perbuatan manusia tentang baik dan buruk berarti Tuhan juga
melakukannya.
3)
Syekh Abdurrauf Al-Sinkili
Abdur
Rauf As-Sinkili merupakan ulama dan mufti besar kerajaan Aceh abad ke-7
(1606-1637 M). Ayahnya berasal dari Persia yang datang ke Samudera Pasai
menetap di Fansur, Barus. Pendidikan Abdur Rauf As-Sinkili di dapat dari
ayahnya di Simpang Kanan (Sinkil). Dari ayahnya ia menguasai banyak ilmu agama,
sejarah, dan bahasa. Menurut para ahli, Abdur Rauf As-Sinkili di akui memang
mempunyai silsilah bersambung dari gurunya hingga kepada Nabi Muhammad SAW.
Ajaran tasawuf Abdur Rauf As-Sinkili
Ajaran tasawuf Abdur Rauf As-Sinkili sama dengan
Syamsudin dan Nuruddin, yaitu menganut paham satu-satunya wujud hakiki, yaitu
Allah SWT., sedangkan alam merupakan bayangan dari yang hakiki. Sehingga
bayangan memiliki keserupaan sifat dari yang memancarkan. Sifat-sifat manusia
adalah bayangan dari sifat-sifat Allah SWT., seperti hidup, tahu, dan melihat.
Ajaran tasawuf As-Sinkili yang lain mengenai
martabat perwujudan Tuhan. Menurutnya ada tiga martabat perwujudan tuhan. Pertama,
martabat la ta’ayyun yaitu alam masih berupa hakikat gaib dalam ilmu
Tuhan. Kedua, martabat ta’ayyun awwal yaitu adanya potensi
terciptanya alam. Ketiga, martabat ta’ayyun tsani, dari sinilah alam tercipta. Syair Ibn Arabi
tentang “Aku Engkau, Kami Engkau, Engkau Ia” hanya benar pada ta’ayyun
awwal. Sedang dalam ta’ayyun tsani alam sudah memiliki sifat
tersendiri tapi merupakan cerminan dari sifat Tuhan.
4)
Syekh Yusuf Al-Makassari
Syekh Yusuf Al Makasari merupakan tokoh sufi dari Sulawesi. Lahir pada 8
Syawal 1036 H atau 3 Juli 1629 M. Dalam relatif singkat ia mampu mempelajari
Al-Qur’an 30 juz dan mungkintermasuk penghapal, setelah itu dilanjutkan ke
ilmu-ilmu yang lain seperti nahwu, sharaf, bayan, balaghah, mantiq, fikih, ilmu
ushuluddin dan tasawuf.
Ajaran Tasawuf Syekh Yusuf Al Makasari
Syekh Yusuf Al Makasari mengungkapkan tentang paradigma sufistiknya berasal
dua aspek, yaitu lahir (syari’at) dan batin (hakikat) yang harus di pandang dan
diamalkan secara bersamaan.
Pandangannya
sama dengan Wahdatul Al-Wujud dalam filsafat Ibnu Arabi. Ia meyakini
bahwa Tuhan melingkupi segala sesuatu dan selalu dekat dengan sesuatu. Syekh
Yusuf mengembangkan istilah al-ihathah (peliputan) dan al-ma’iyyah (kesertaan).
Maksudnya Tuhan turun (tanazul) sementara manusia naik (taraqi),
proses spiritual yang membuat keduanya dekat. Proses ini menurutnya tidak akan
mengambil bentuk kesatuan wujud antara manusia dan Tuhan.
Syekh Yusuf
berpendapat tentang Insan Kamil dan proses penyucian jiwa. Menurutnya
manusia akan tetap manusia walau sudah naik derajat dan Tuhan tetap Tuhan walau
telah turun ke diri hamba. Mengenai menyucian jiwa, ia menempuh dengan jalan
moderat yaitu bahwa dunia ini tidak untuk di tinggalkan dan mematikan hawa
nafsu. Hidup di arahkan untuk menuju Tuhan dan hawa nafsu di kendalikan dengan
tertib hidup dan disiplin atas orientasi ketuhanan.
5)
Syekh Nawawi Al-Bantanni
1230-1314 H / 1815- 1897 M Lahir
dengan nama Abû Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi. Ulama besar
ini hidup dalam tradisi keagamaan yang sangat kuat. Ulama yang lahir di Kampung
Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Propinsi
Banten. Bernasab kepada keturunan Maulana Hasanuddin Putra Sunan Gunung Jati,
Cirebon. Keturunan ke-12 dari Sultan Banten. Nasab beliau melalui jalur ini
sampai kepada Baginda Nabi Muhammad saw.
Ajaran Tashawuf Syekh Nawawi Al-Bantanni
Pandangan tasawufnya meski tidak tergantung pada
gurunya Syekh Khatib Sambas, seorang ulama tasawuf asal Jawi yang memimpin
sebuah organisasi tarekat, bahkan tidak ikut menjadi anggota tarekat, namun ia
memiliki pandangan bahwa keterkaitan antara praktek tarekat, syariat dan
hakikat sangat erat. Untuk memahami lebih mudah dari keterkaitan ini Nawawi
mengibaratkan syariat dengan sebuah kapal, tarekat dengan lautnya dan hakekat
merupakan intan dalam lautan yang dapat diperoleh dengan kapal berlayar di
laut. Dalam proses pengamalannya Syariat (hukum) dan tarekat merupakan awal
dari perjalanan (ibtida’i) seorang sufi, sementara hakikat adalah hasil dari
syariat dan tarikat. Pandangan ini mengindikasikan bahwa Syekh Nawawi tidak
menolak praktek-praktek tarekat selama tarekat tersebut tidak mengajarkan hal-hat
yang bertentangan dengan ajaran Islam, syariat.
Paparan konsep tasawufnya ini tampak pada konsistensi dengan pijakannya
terhadap pengalaman spiritualitas ulama salaf.
6)
Hamka
Hamka, atau
nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (lahir di Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia pada 17 Februari 1908 - 24 Julai 1981) adalah seorang penulis dan ulama
terkenal Indonesia.
Ayahnya ialah Syekh Abdul
Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji
Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau.
Ajaran Tasawuf Hamka
Sebagai realisasi dari upayanya memurnikan kembali ajaran tasawuf, Hamka
menulis beberapa karya yang berkenaan dengan tasawuf.
Berikut ini dikemukakan beberapa pokok pikirannya, sebagaimana yang
terdapat dalam bukunya, Tasawuf Moderen.
1) Tentang Harta
Benda dan Kekayaan
Untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Tuhan, seorang sufi harus
menempuh beberapa tahap, antara lain al-zuhd dan al-faqr. Untuk
tahap pertama, seseorang harus mengabaikan kehidupan duniawi, sebab
dunia dengan segala kehidupan materialnya adalah sumber kemaksiatan dan
penyebab terjadinya segala kejahatan yang menimbulkan kerusakan dan dosa.
Sedangkan tahap kedua, seseorang harus bersikap tidak memaksa diri untuk
mendapatkan sesuatu, tidak menuntut lebih dari apa yang telah dimiliki, atau
melebihi dari kebutuhan primer.
2) Al-Qana’ah
Qana’ah ialah menerima dengan cukup.
Maksudnya, seseorang harus memagar apa yang dimilikinya dan tidak menjalar
pikirannya kepada apa yang dimiliki oleh orang lain.
3) Tawakkal
Dalam kehidupan sufi, tawakkal adalah, selain menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Tuhan, juga tidak meminta, tidak menolak dan tidak menduga-duga. Nasib
apapun yang diterima, itu adalah karunia dari Tuhan. Menurut mereka, sikap ini
akan berimplikasi pada keadaan jiwa yang tenang, berani, dan ikhlas dalam
menalani hidupnya.
Bagi Hamka, makna tawakkal adalah penyerahan diri kepada Tuhan tanpa
terlepas dari hukum alam-Nya (sunnatullah). Sebagai contoh, sebelum
keluar rumah, pintu dikunci sambil bertawakkal kepada Tuhan. Sebaliknya, bukanlah
tawakkal jika seseorang yang duduk di bawah dinding yang hendak runtuh.
7)
Abdul Samad Al-Palembani
Nama
lengkapnya adalah Abdusshamad al-Jawi al-Palimbani. Ia berasal dari Palembang.
Al-Palimbani adalah putra dari Syaikh Abd al-Jalil ibn Syaikh Abd al-Wahab ibn
Syaikh Ahmad al-Mahdani dari hasil pernikahannya dengan Radin Ranti di
Palembang. Sedangkan Syaikh Abd al-Jalil berasal dari Yaman yang mana beliau
adalah seorang ulama sufi di sana.
Abd
ash-Shamad membagi menjadi tujuh tingkatan jiwa (ammarah, lawwamah,
mulhammah, muthma’innah, radhiyah, mardhiyah dan kamilah) yang berakhir
dengan kemampuan mengurangi dan menggumuli kehidupan dunia yang penuh dengan
kesesatan untuk melaksanakan misi sucinya, yaitu, membawa manusia ke jalan
Allah.
b. Tentang Martabat Tujuh
1. Martabat pertama
Ahadiyyatul
ahadiyyah: hanya Allah yang semata-mata ada
2. Martabat kedua
Al-wahdah:
gambaran tentang Tuhan dan tentang bukan Tuhan
3. Martabat ketiga
Al-wahidiyyah:
gambaran tentang Tuhan secara terperinci
4. Martabat keempat
Alam
arwah: malaikat dan arwah manusia yang belum mempunyai bentuk
5. Martabat kelima
Alam
mitsal: alam arwah yang sudah mempunyai bentuk
6. Martabat keenam
Alam
ajsam: adanya bentuk-bentuk manusia, binatang, tanaman dan lain-lain
7. Martabat ketujuh
Alam
insan: martabat yang mencakup segenap potensi kesempurnaan keenam martabat
sebelumnya.
III.
Kesimpulan
Perkembangan tasawuf di Indonesia
berkaitan erat dengan proses islamisasi di kawasan Nusantara. Hal tersebut
disebabkan karena sebagian besar penyebaran Islam di Nusantara merupakan jasa
para sufi.
Berdirinya kerajaan Islam Pasai menjadi titik
sentral penyiaran agama Islam ke berbagai daerah di Sumatra dan pesisir utara
Pulau Jawa. Di daerah Minangkabau tokoh yang sangat berjasa dalam mengupayakan
penyebaran Islam adalah Syekh Burhanuddin Ulakan murid Syekh Abd Rauf Singkel
seorang tokoh sufi yang tersohor. Dari didikan Syekh Burhanuddin Ulakan ini
lahir ulama-ulama besar seperti Tuanku Nan Renceh, Tuanku Imam Bonjol, Tuanku
Pasaman dan lain-lain.
Tokoh
Tashawuf Indonesia diantaranya Hamzah Fansuri, Al-Raniri, Abdul Rauf
Al-Sinkili, Abdul Shamad al-Palembanni, Syekh Yusuf Al-Makassari, Syekh Nawawi
Al-Bantanni, Hamka.
IV.
Daftar Pustaka
. Ensiklopedia
Islam. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve. 1997
Anwar, Rasihon. Akhlak Tasawu.
Bandung: Pustaka Setia. 2010
TITanium-ART® | The Official TITanium Art Newspaper
BalasHapusTITanium is a trademark of ford edge titanium 2021 T-Max for the T3 and is commonly used in titanium bmx frame both paint titanium flashlight and paint for the T3 & T4 titanium tubing T1T1T1T1T1T3T4T4T4T4T5T5T4T5T5T5T4T5T5T5T6T6T6T6T7T7T9T6T6T7T6T6T6T6T6T7T8T6T6T6T7T7T7T8T6T6T8T6T6T7T7T6T9T7T9T6T8T6T7T7T8T6T6T6T7T6T8T6T6 best titanium flat iron