Pengantar Filsafat
BAB
IV
PEMIKIRAN
FILSAFAT TIMUR
A
Filsafat india
India adalah suatu wilayah yang dibatasi
pegunungan yang terjal. Tidak ada jalan lain kecuali melalui lintasan kaibar.
Pada zaman kuno, daerah india sulit dimasuki oleh musuh sehingga penduduknya
dapat menikmati kehidupan yang tenang dan banyak peluang untuk memikirkan hal
hal yang berkaitan dengan kerohanian.
Filsafat india berkembang dan menjadi
satu dengan agama sehingga pemikiran filsafat menjadi relijius dan ttujuan
akhirnya adalah mencari keselamatan akhirat.
Filsafat india terbagi menjadi lima zaman
a.
Zaman Weda (1500-600 SM).
b.
Zaman
Wira Carita (600-200 SM).
c.
Zaman
Sastra (200 1400 SM).
d.
Zaman
Kemunduran (1400-1800 M).
e.
Zaman
Pembaharuan ( 1800 1950 M).
Zaman
Weda (1500-600 SM)
Dikatakan
zaman weda karena sumber benih pemikiran filsafat berasal dari kitab kitab Weda
(Rig Weda sama Weda, Yajur weda dan Atharwa weda). Benih pemikiran filsafat
tersebut dalam mentera “di wismakarma sebagai anak pertama alam semesta” “dunia
tersusun menjadi tiga bagian, yaitu surge, bumi, dan langit, dimana tiga bagian
masuk surge adalah orang-orang yang
soleh dan hidup baik.”
Orang-orang Arya menyembah pada
dewa-dewa seperti matahari, bulan, bintang, dan lainnya. Dewa secara harfiah
berarti terang, karena itu pengertian dewa adalah benda yang terang yang
dianggap sebagai kekuatan alam yang mempunyai person. Dewa Indra dianggap
sebagai Dewa Nasional, karena Dewa indra berarti bangsa Dasyu. Dewa lain yang
dianggap penting adalaah Dewa waruna yaitu Dewa yang menguasai alam semesta,
yang sekaligus sebagai Dewa moral dan Dewa segala Dewa.
Zaman
Wiracarita (600 SM-200 M)
Latar belekang zaman ini adanya krisis
politik, kemerosotan moral atau kep-ercayaan terhadap para Dewa akibat dari
kaum penjajah. Kemudian banyak orang mencari ketenanga, dan muncullah para ahli
pikir untuk menuangkan pemikirannya, sehingga terjadi pertentangan
antarpemikiran. Timbullah aliran yang bertuhan (Baghawadgita), aliran yang
tidak bertuhan (Jainisme dan budhisme), juga aliran yang spekulatif
(Saddarcana).
Jainisme timbul sebagai reaksi zaman
brahman. Pelopornya adalah Wardhamana (abad ke-6 SM), dan jelmaan
budhismeadalah Sidharta yang lahir tahun 567 SM di kapilawasatu.
Zaman
Sastra Sutra (200 – sekarang)
Zaman
ini juga disebut zaman skolastik. Kitab yang muncul pertama kali adalah kitab Wedangga
yang uraiannya berbentuk prosa, disusun secara singkat agar mudah dihapal
Sistem filsafat india, terbagi menjadi
enam system berikut.
a. Nyala yaitu membicarakan bagian umum dan
metode yang dipakai dalam penye- lidikan, system ini juga digunaka untuk
memncari hal yang benar dari ayat-ayat Weda, penulisnya Gautama abad ke empat
SM.
b. Waisesika, system pemikirannya bersifat metafistik. Ajaran
pokoknya membicarakan tentang dharma yaitu uraian tentang kesejahtraan dunia
dan memberikan pelepasan. Penulisnya
adalah Khanada.
c. Sakha, artinya pemantulan, Aliran inimengemukakan bahwa untuk
merealisasikan kenyataan akhir filsafat diperlukan pengetahuan. Pendirinya
adalah Sakha kapila abad ke-5 SM
d. Yoga yaitu untuk mengawasi pikiran,
pendirinya adalah patanjali.
e. Purwa Wimanse, yaitu system inilah yang bener-benar mendasarkan
pada kitab Weda
f. Wedanta yaitu suatu system yang membicarakan bagian kitab Weda
yang terakhir. Kitab ini merupakan suatu kesimpulan kitab weda. Kitab ini
merupakan suatu kesimpulan kitab Weda, system wedanta ini bersamaan dengan zaman sutra ( zaman skolastik), yang
ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh Sankara, Ramanuja, Mandwa, mereka ini
telah berhasilmenyusun kembali ajaran kuno.
Tokoh-Tokoh
tersebut diatas mengemukakan ajaran sebagai berikut.
1.
Sankara 788 – 820, Ajarannya adalah brahman adalah nyata. Jiwa
perorangan adalah Brahman.
2.
Ramanuja 1017 -1137, menurutnya, terdapat tiga kenyataan yang tertinggi;
Tuhan (iswara), jiwa (cit), dan benda (acit). Hanya tuhanlah kenyataan yang
bebas.
3.
Madwa 1199 – 1278, pokok ajarannya “ada”
Filsafat
india pada akhir abad ke-20
Mulai
abad ke-7 sampai abad ke-14, karena jasa sankara ajaran Wedanta mendominasi
pemikiran filsafat india. Akan tetapi, setelah abad ke-14 pemikiran filsafat
mengalami kemunduran hingga abad ke-18. Kemunduran ini sebenarnya telah muncul
mulai abad ke-12 saat datangnya agama Islam di india Tokohnya Kabir (1440
-1518) yang berupaya untukmelemahkan perjuangan agama Islam dan mencoba membuat
suatu sistem antara islam dengan hindu.
Tahun 1875 muncul gerakan pembaharu
pemikiran filsafat india,yaitu Arya samaj sebagai pendirinya Awami D. Saraswati
(1824 – 1884), seorang pembaharu yang lain adalah Sri Ramakresna (1834-1886) ia
seorang imam kuil di calcuta. Ajarannya berpangkal pada bermacam macam
kepercayaan yang ada, yang sebenarnya menuju pada satu tujuan perealisasian
Tuhan.
Seorang pembaru lain adalah Mahatma
Gandhi 1869-1948. Ajarannya untuk mencari kemenangan harus dengan satiyagraha
(kekuatan kebenaran). Terdapat dua pembaru, yaitu Sri Aurobindo 1872-1950, dan
Sri Rama Maharsi 1870-1950.
B. Filsafat Tiongkok
Filsafat
tiongkok dapat dikatakan hidup didalam kebudayaan Tiongkok. Hal ini disebabkan,
karena pemikiran filsafat selalu diberikan kepada setiap jenjang pendidikan
dari sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Terdapat empat buah buku yang dianggap
sebagai kitab suci rakyat Tiongkok, yaitu:
a. Analecta Confucius;
b.
Karangan-karangan Mencius;
c. Ajaran tentang jalan tengah (Doktrine of
the mean).
Menurut Fung Yu Lan, seorang ahli
sejarah tiongkok, di Tiongkok terdapat tiga agama, yaitu Confucianisme,
Taoisme, dan Budhisme.
Menurut rakyat Tiongkok, fungsi filsafat
dalam kehidupan manusia adalah untuk mempertinggi tingkat rohani. Dari sudut
moral orang yang arif bijaksana adalah manusia yang paling sempurna di dalam
suatu masyarakat. Mempelajari filsafat agar orang dapat berkembang menjadi
“manusia” dan supaya tidak menjadi “orang macam tertentu”
1.
Latar belakang Filsafat Tiongkok
Banyak
aspek yang melatar belakangi pemikiran filsafat tiongkok, seperti aspek-aspek
geografis, ekonomi, sikap terhadap alam, system kekerabatan dan lainnya.
Dalam tradisi tiongkok, jenis pekerjaan
yang mendapat tempat terhormat adalah menuntut ilmu (belajar) dan mengolah
tanah (bertani) jenis pekerjan ini akan mempengaruhi sikap terhadap alam dan
pandangan hidupnya.
Akar atau sumber alam pemikiran Tiongkok
adalah Taoisme dan Confucianisme. Taoisme adalah pandangan hidup yang menitik beratkan
pada hal yang sifatnya naturalistic. Sementara itu Confucianisme adalah suatu
pandangan hidup yang menitik beratkan pada organisasi social dan menekankan
kepada tanggung jawab manusia terhadap masyarakat. Sebagai conto:
- Fajar telah menyingsing;
- Jangan sekali-kali berlebih-lebihan;
- Bilamana matahari telah mencapai puncaknya;
- Maka turunlah ia;
- Dan bilamana bulan sudah purnama;
- Maka mengecillah;
2. Sentuhan dengan Filsafat Barat
Orang
barat menamakan tiongkok sbagai negri timur jauh. Sebaliknya orang Tiongkok
menganggap kebudayaan lain adalah salah satu atau tidak setinggi kebudayaan
yang dimilikinya.
Pada akhir abad dinasti Ming (abad
ke-14) banyak pelajar tiongkok yang meengagumi matemetika dan astronomi, yang
dibawa dari barat oleh kaum misionaris Kristen. Pada abad ke-19 karena
keunggulan militer, industry, dan perdagangan barat, timbullah sengketa antara
Tiongkok dan orang misionaris. Akibatnya muncul gerakan untuk kembali kepada
ajaran Confusius.
Pada abad ke-20 perkembangan kaum
keristen semakin pesat karena didorong oleh masuknya ilmu pengetahuan modern.
Mempengaruhi jatuhnya dinasti Ming dan ddiganti dengan system pemerintahan
republik tahun 1912.
3. Aliran-aliran Pemikiran Filsafat di
Tiongkok
Di
tiongkok terdapat dua aliran yang mendominasi pemikiran rakyatnya, yaitu
Confusianisme dan Taoisme.
Confusianisme
Confusianisme
dipelopori oleh K’ung Fu Tzu (551-479 SM), ia keturunan miskin umur 22 Thun
mendirikan sekolah. Umur 51 tahun menjadi gubernur Tsyung kemudian diangkat
menjada mentri kehakiman.
Pemikirannya
suatu hal yang dipentingkan oleh K’ung Fu tze adalah ritual yang harus
menguasai aspek keagamaan dan social.
Taoisme
Pendiri
taoisme adalah Lao Tze lahir tahun 604 SM, Ajarannya berpengaruh besar dalam
masyarakat tiongkok.
Pemikirannya adalah orang hendaknya
memberikan kasih sayangnya tidak hanya terbatas pada para anggota keluarganya
saja, tetapi harus kepada seluruh anggota keluarga yang lain.
C. Filsafat Islam
Islam
dengan kebudayaannya telah berjalan selama 15 abad. Dalam perjalanan yang
damikian panjang terdapat 5 abad perjalanan yang menakjubkan yaitu antara abad
ke-7 hingga abad ke-12. Dalam kegiatan pemikiran filsafat islam tersebut
terdapat dua macam (kekuatan) pemikiran berikut.
a. Para
ahli pikir islam berusaha menyusun sebuah system yang disesuaikan dengan ajaran
islam.
b. Para ulama menggunakan metode rasional
dalam memyelesaika soal-soal ketauhidan.
Dari sekian banyak ulama islam, ada yang
berkeberatan terhadap pemikiran filsafat islam tetapi ada juga yang
menyetujuinya.
1. Beberapa Perbedaan yang Mendorong Aliran
Pemikiran Filsafat Timbul
Timbulnya
aliran pemikiran filsafat didorong oleh beberapa perbedaan:
a. persoalan tentang Zat Tuhan yang tidak
dapat diraba, dirasa dan dipikirkan;
b. perbedaan cara berpikir;
c. perbedaan orientasi dan tujuan hidup;
d. perasaan “asabiyah” keyakinan yang buta
atas dasar suatu pendirian;
2. Lahirnya Filsafat Islam
Setelah
kaisar yustianus menutup akademi Neoplatonisme di Athena, beberapa guru besar
hijrah ke kreispon tahun 527, yang kemudian disambut oleh kaisar khusrau tahun
529. Setelah itu ditempat yang baru mengadakan kegiatan mengajar filsafat.
Sifat khas orang arab saat itu yang
hidup mengembara bergeser pada proses urbanisasi, karena adanya pengaruh keadaan geografis’
Proses akulturasi ini mencapai puncaknya
dengan didirikannya lembaga-lembaga pengajaran, penterjemah, dan perpustakaan.
Misalnya, tahun 833 Khalifah Al-Ma’mun (bagdad) mendirikan Bait Alhikmah, tahun
972 Khalifah Hakam (Qahirah) mendirikan Jami’at Al-Azhar.
3. Pembagian Aliran Pemikiran Filsafat Islam
Pembagian
ini berdasarkan pada hubungan dengan system pemikiran yunani, sebagai berikut.
a. Pemikiran mu’ tazilah. Periode ini
berlangsung mulai abad ke-8 sampai abad ke-12
b. Periode Filsafat pertama. Periode ini
berlangsung pada abad ke-11 sampai ke-12.
c. Periode Kalam Asy’ari. Periode ini
berlangsung pada abad ke-9 sampai abad ke-11.
d. Periode Filsafat kedua. Periode ini
berlangsung pada abad ke-11 sampai ke-12.
Dalam periode Mutakallimin (700-900)
muncul mazhab-mazhab al-Khawarij, Murji’ah, Qadariyah, Jabariyah, Mu’tazilah
dan Ahli Sunnah wal Jama’ah.
Al-Khawarij
Pada mulanya Al-Khawarij ini timbul
karena masalah politik, kemudian berobah menjadi soal dogmatik-teologis. Mereka
menuduh Khalifah Ali Bin Abi Thalib lebih percaya pada putusan manusia dan
menyampingkan putusan Allah. Karena itu Khalifah Ali dianggap tidak muslim lagi.
Pendapat tersebut kemudian menjadi pendapat umum kaum Khawarij.
Murji’ah
Munculnya mazhab murji’ah ini sama juga
seperti al-khawarij. Banyak tuduhan terhadap Bani Umayah dianggap oleh umat
Islam mengesampingkan ajaran Islam karena prilaku para khalifah tersebut lain
sekali dengan prilaku para Khulafa ar-Rasyidiin yang empat, murji’ah
berpendapat umat islam boleh taat kepada pemimpin yang kejam seperti seorang
Muslim boleh saja bersalat dibelakang imam yang baik ataupun tidak baik.
Qadariyah
Mazhab
ini dipelopori oleh Ma’bad Al-Juhani Al-Basyri, di irak dalam pemerintaha
Khalifah Abdul Malik Bin Marwan (685-705), munculnya mazhab ini dianggap juga
sebagai sarana untuk menentang politik Bani Umayah yang kejam.
Jabariyah
Pendapatnya yang terkenal adalah hanya
Allah-lah yang menentukan dan memutuskan semua amal perbuatan manusia.
Mu’tazilah
Mazhab
ini lahir Pda masa Bani Umayah (Khalifah Hisyam). Mu’tazilah berarti pemisahan
diri, dari hasan Al Basri oleh Wasil bin Ata yang dianggap sebagai pendirinya.
Wasil Bin Ata berpendapat bahwa seorang muslim yang berdosa besar tidak mu’min
dan tidak kafir, tetapi diantara keduanya.
Keberadaan mu’tazilah pentig artinya
karena apabila mu’tazilah tidak lahir tidak lahir pula ilmu kalam dan Filsafat
Islam. Orientasi ajaran mu’tazilah adalah dalam menetapka hokum pemakaian akal
pikir didahulukan. Kemudian baru diselaraskan dengan Alqur’an dan Alhadis.
Hubungannya dengan sistem pemikiran
yunani ada empat yaitu, periode Mu’tazilah, periode Filsafat pertama periode
kalam a-Asyari, periode kedua.
a. Periode mu’tazilah.
Mu’tazilah merupakan mazhab atau aliran
di bagdad dan basrah, keberadaan
mu’tazilah ini sangat penting artinya dalam pemikiran Filsafat Islam. Karena
terlihat orientasi pemikirannya dalam menetapkan hukum.
b. Periode Filsafat pertama.
Terdapat dua bagian dalam periode ini,
yaitu pertama bercorak Neoplatonik, kedua bercorak peripatetic. Sebagai upaya
pendahulunya adalah diadakan pengumpulan naskah naskah filsafat yunani,
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa arab, orang yang banyak menerjemahkan
adalah Al-Kindi dan Ibnu dialah satu-satunya orang arab yang menjadi filusuf
(ahli pikir). Ibnu Sina (980-1037), dalam umur 18 tahun dia telah menjadi ahli
dalam bidang filsafat, astronomi, fikih, matemetika, biologi, ilmu bahasa dan
lain-lain.
C, Periode
kalam Asy’ari.
Timbulnya aliran ini dilator belakangi
oleh beberapa factor.
_ Perlunya mempertahankan kemurnian tauhid, dari keragaman
system pemikiran dalam islam.
_ untuk menangkis hal-hal yang melemahkan tauhid dari serangan
luar.
_ terdapat gerakan yang membahayakan ketauhidan, misalnya
Al-Hallaj(858-922)
d. Periode Filsafat kedua
Periode filsafat kedua ini pusatnya di sepanyol dan mempunyai
sejaarah menarik.
Dalam sejarah islam, Spanyol disebut Andalusia berkat seorang
pahlawan Islam Tarik bin Ziyad yang meluaskan Islam sampai ke Spanyol, tahun
710, Cordoba dan Toledo ditaklukan. Kemudian Dinasti Abdurrahman berkuasa
hingga tiga abad. Puncak keemasannya pada masa pemerintahan Abdul Rahman III
(912-916).
Selanjutnya, pada tahun 1031 Khilafah Umayah
jatuh karena perang salib, bersamaan juga berturut turut Toledo, Cordoba,
Soweto. Kaum Muslimin dikejar dan dibunuh, terdapat 3 juta Kaum Muslimin terbunuh dan buku-buku
ilmu pengetahuan dibakar di Granada.
D. Filsafat
Indonesia
Pandangan hidup dan system
pemikiran bangsa Indonesia tidak sama dengan pandangan hidup dan pemikiran
bangsa di Negara lainnya, seperti
bangsa-bangsa di Negara barat, dimana pandangan hidup dan sistem pemikirannya
bersumber pada pemikiran Filsafat Yunani, dari pemikiran yunani hanya
melahirkan manusia yang individualistis yang didalamnya terdapat saling curiga
saling bermusuhan, demikian juga halnya
dengan pandangan hidup yang mengacu pada matrealistis, dimana didalamnya
mengandung bibit keserakahan, kemurkaan, dan menganggap orang lain objek keuntungan
material.
Pemikiran filsafat Indonesia
maksud pemikiran Filsafat Indonesia adalah suatu pemikiran
Filsafat yang diperuntukan dalam atau sebagai landasan hidup bangsa Indonnesia.
Hakikat pribadi dalam kedudukannya sebagai manusia Indonesia adalah sebagai
makhluk individu,mahlik social, dan mahluk Tuhan. Untuk mencapai kesejahtraan,
kebahagiaan dan ketentraman seseorang harus mengupayakan dengan tiga cara
yaitu.
a. selaras atau harmonis dengan dirinya sendiri
b. selaras atau harmonis dengan pergaulan sesame manusia dan
lingkungan hidupnya
c. selaras atau harmonis terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Materi Filsafat (pandangan
hidup) Indonesia
Suatu pandangan hidup
yang sesuai dengan manusia, Indonesia adalah suatu Pandangan hidup yang berasal dari akar
hikmat yang terkandung dalam khasanah budaya Indonesia, Negara Republik
Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau lebih, beragam adat istiadat, dan berates
suku bahasa, dari sekian banyak suku yang tersebar, yang paling besar adalah
suku Jawa, yang kedua adalah suku minangkabau. Dari keragaman tersebut
menyebabkan pandangan hiddupnya juga beragam.
Menurut sejarahnya, 2000 tahun yang lalu telah ada
sekelompok orang yang kelak akan melahirkan bangsa Indonesia. Keberadaannya
baru terwujud sebagai embrio, kemudian tercetusnya sumpah pemuda tahun 1928 dan
Proklamasi Indonesia. Setelah terbebas
dari penjajahan, setapak demi setapakn bangsa Indonesia mengupayakan untuk
mengembangkan kepribadian, yaitu dengan jalan dirintis oleh beberapa tokoh:
Moh, Yamin, Ir Soekarno, dan lain-lainnya. Upaya tersebut didasarkan pada,
“semakin tinggi kepribadian suatu Bangsa, maka semakin tinggi tingkat filsafat
bangsanya.
Bentuk Filsafat Indonesia
Bentuk filasafat Indonesia
tersiri dari lima sila berikut.
Sila I
: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila II :
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sila III
: Persatuan Indonesia.
Sila
IV : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusya waratan/perwakilan.
Sila V :
Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bab Lima
FILSAFAT MODERN
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah
dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman
pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan
munculnya gerakan Renaissance. Yang berarti kelahiran kembali. Yang mengacu
kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia. Tujuan
utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup kristiani dengan
mengaitkan filsafat yunani dengan ajaran agama Kristen.
Ajaran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini
didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individu dan yang konkret. Bermula
dari William Ockham (1295-1349), yang mengetengahkan via moderna (jalan modern)
dan via Antiqua (jalan kuno). Akibatnya manusia didewa-dewakan, manusia tidak
lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan surga.
Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan
era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran; Rasionalisme,
Empirisma, Kritisme, Idialisme, Epolusionisme, materialism, Neo-Kantianisme,
Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomonologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
A, Rasionalisme
Setelah pemikiran
Renaissance sampe pada penyempurnaannya yaitu teleh tercapainya kedewasaan
pemikiran, maka terdapat keseragaman mengenai sumber pengetahuan yang secara
alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri).
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Daskartes (1596-1650)
yang disebut sebagai bapak filsafat modern, Rene Descartes berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang daapat dipercaya adalah akal.
Latar belakang munculnya Rasionalisme adalah keinginan
untuk membebaskan diri ddari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang
pernah diterima, tetapi tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang
dihadapi.
B, Empirisme
Sebagai tokohnya adalah
Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume. Karena adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat
merosot. Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi
kehidupan.
Thomas Hobbes (1588-1679)
Ia seorang ahli pikir
inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15 tahun Ia pergi ke Oxford untuk
belajar logika Skolastik dan fisika, yang ternyata gagal, karena tidak berminat
sebab gurunya beraliran Aristotelian.
Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adlah suatu ilmu
pengetahuan tentang akibat-akibat atau gajala-gejala yang diperoleh dari
sebabnya.
John Lock (1932-1704)
Ia dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris.
Disamping sebagai seorang ahli hukum, Ia juga menyukai filsafat dan teologi.
Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection. Sensation
adalah suatu pendapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat
mengerti dan meraihnya. Reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan
pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik daripada sensation.
C. Kritisisme
Aliran ini muncul abad
ke-18. Suatu zaman baru dimana seorang ahli pikir yang cerdas dan mencoba
menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Zaman baru ini
disebut zaman pencerahan (aufklarung).
Isaac Newton (1642-1727) memberikan
dasar-dasar berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada
gejalal-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Seorang
ahli pikir Jerman Immanuel Kant (1724-1804), mencoba menyelesaikan persoalan
diatas. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian tyerpengaruh
oleh empirisme,
walaupun demikian Kant tidak begitu mudah menerimanya
karena Ia mengetahui bahwa empirisme terkandung skep-tisisme.
D. Idealisme
Pelopor Idealisme adalah J. G. Fichte (1762-1814), F.W.J.
Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).
Menurut pendapat ini, segala peristiwa ddidunia ini hanya dapat dimengerti jika
suatu sarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis
mengandung penjelasan-penjelasannya.
E. Positivisme
Filsafat fositivisme lahir
pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya adalah, apa yang telah diketahui
adalah yang factual dan yang fositiv, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud
positive adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya.
Tokonya August Comte (1798-1857), John. S. Mill (1806-1873).
Augus Comte (1798-1857), Ia lahir di Montpellir, prancis
sebuah karyanya adalah Cours de philosofia positive (kursus tentang filsafat
positif).
Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia
berlangsung dalm tiga tahap: tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah/positif.
F. Evolusionisme
Aliran ini dipelopori oleh
seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampe saat ini yaitu, Charles Robert
Darwin (1809-1882) Ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19. Dalam
pemikirannya Ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan tentang segala
sesuatu termasuk manusia yang diatur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival
of the fittesdan struggle for life.
Pada hakikatnya antara binatang dan manusia dan benda
apapun tidak ada bedanya. Dimungkinkan terdapat perkembangan manusia pada masa
yang akan datang lebih sempurna.
G. Materialisme
Tokoh materialism
(1709-1751), mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada
bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Ludwigh Feueurbach, (1804-1872)
Ia pengikut Hegel mengemukakan pendapatnya, baik pengetahuan maupun tindakan
berlaku adgium.
Dari materialsme Historis/dialektis, yaitu Karl Mark
(1818-1883), sebuah karya terbesarnya adlah, das capital, yang terbit tahun
1867. Menuruut pendapatnya, tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan
dunia, tetapi untuk mengubahnya.
H, Neo-Kantianisme
Tokohnya adalah Wilhelm
Windelband (1848-1915), Herman Cohn (1842-1918), Heinrich Rickhart (1863-1939).
Herman Cohn memberikan titik tolak pemikirannya bahwa
keyakinannya terhadap otoritas akal manusia untuk mencipta.
I, Pragmatisme
Tokohnya William James
(1842-1910) lahir di New York, Ia beranggapan bahwa masalah kebenaran tentang
asal/tujuan dan hakikat bagi orang amerika terlalu teoritis. Ia mengingikan
hasil-hasil yang konkret.
J. Filsafat Hidup
Tokohnya adalah Henry
Bergson (1859-1941), pemikirannya, alam semesta ini merupakan suatu organisme
yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis.
John Dewey (1859-1952), pemikirannya adalah, tugas filsafat
adalah memberika pengarahan dalam tindakan hidup manusia.
K. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari
kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata semua.
Tokohnya. Edmund Husserl (1839-1939), dan pengikutnya Max
Scheler (1874-1928), Pemikirannya bahwa objek/benda harus diberi kesempatan
untuk berbicara, yaitu denga cara deskriftif fenomenologis yang didukung oleh
metode deduktif.
L. Eksistensialsme
Pelopornya adalah Soren
Kierkegaard (1813-1855). Mengemukakan bahwakebenaran itu tidak ada pada suatu
system yang umum tetapi berada dalan eksistensi yang individu, yang konkret
M. Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19
ditengah-tengah gereja Katolik banyak
penganut paham Thomisme. Yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas.
Bab Enam
FILSAFAT DEWASA INI
A. Filsafat Analitis
Tokoh aliran ini adlah
Ludwig Josef Widgenstein (1889-1951), lahir di Wina Australia, sumbangan yang
terbesar dalam filsafat adalah pemikirannya tentang pentingnya bahasa. Ia
mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, yang lengkap, formal dan dapat
memberikan kemungkinan bagi penyelesaian masalah kefilsafatan.
B. Strukturalisme
Tokohnya adalah J. Lacan yang lahir di paris tahun 1901.
Menurut pemikirannya, bahasa terdiri dari sejumlah termin yang ditentukan oleh
posisi-posisinya satu terhadap yang lain. Menurut pendaoatnya kita, kita baru
menjadi pribadi apabila kita mengabdikan diri pada permainan bahasa.
Filsafat dewasa ini juga disebut Filsafat barat abad ke-20
ciri perkembangannya adalah desentralisasi manusia.
Bab Tujuh
AKTULISASI FILSAFAT
Zaman
sekerang ini merupakan zamannya berpikir praktis realistic, sehingga belajar
filsafat dianggap hal yang tidak berguna dan membuang-buang waktu. Sekarang
belajar filsafat telah sampai pada paradigma baru. Belajar filsafat tidak hanya
menghafal pemikiran-pemikiran para tokoh filsafat, akan tetapi belajar filsafat
dimaksudkan untuk membangun kesadaran, semangat, dan kepedulian agar hidup kita
lebih bermakna.
Untuk itu kamimemberikan terobosa baru khususnya kepada
mahasiswa bagaimana cara mengaktualisasikan ilmu filsafat dalam kehidupan
sehari-hari untuk mencapai harapan hidup.
A. Aktualisasi Filsafat Sebagai Ilmu
Dalam masyarakat hingga
saat ini masih menganggap ilmu filsafat adalah ilmu ‘ngawang ngawang’ yaitu
ilmu yang sulit dimengerti atau ilmu yang membingungkan orang, sisi-sisi
negatif seperti ini hendaknya dibuang jauh jauh, dan kita seharusnya lebih
berpikir positif terhadap semua ilmu.
Bagi orang yang belajar ilmu filsafat hendaknya dapat
berdialog dengan ilmu lain.artinya mempelajari ilmu filsafat tidaklah cukup
daan untuk berdialog dengan ilmu lain, maka orang harus mempelajari (misalnya)
ilmu kependudukan/demograpi.
B. Aktualisasi Filsafat Sebagai Cara Berpikir
Dalam bab satu dikemukakan
bahwa berpikir secara filsafat salah satunya: sinoptif, yaitu berfikir secara
menyeluruh dan bersama-sama artinya, berpikir menyeluruh sama dengan berpikir
secara komprehensif.
Bagaimana cara filsafat menghadapi hal-hal yang mistis dan
gaib atau diluar jangkauan akal, maka dalam filsafat pun dikenal dengan
metafisika. Berpikir secara filsafat tidak hanya berpikir secara komprehenshif,
rasional, konsefsional saja, tetapi inter
disipliner. Berpikir secara inter disipliner adalah berpikir dengan
menggunakan ilmu-ilmu terkait yang dapat mendukung solusi suatu permasalahan.
C. Aktualisasi Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Filsafat
dalam pandangan hidup banyak sekali ragamnya. Berawal dari pembagian filsafat
secara garis besar terdapat dua kutub filsafat besar: filsafat barat dan
filsafat timur, disamping itu sekarang banyak pemikiran dari luar maupun dalam
negri yang muncul justru meresahkan masyarakat, seperti mengaku nabi utusan
Tuhan mengaku mendapat wangsit dari malaikat dan lain-lain.
Dalam menghadapi berbagai ragam paham filsafat hendaknya
kita harus kritis, jeli, dan memiliki pendirian/tidak mudah terprovokasi.
D. Aktualisasi Filsafat Sebagai Pemikiran yang Reflektif
Berpikir reflektif berarti
berpikir yang dipantulkan kepada dirinya sendiri. Berfilsafat berarti refleksi
terhadap dirinya sendiri. Berpikir reflektif mendorong kita akan mampu berpikir
ke arah pemikiran yang lebih berkualitas (quality thingking) dan pemikiran ke
masa depan (future thingking).
Misalnya pemikiran filsafat yang raflektif tidak hanya
sebatas pada memperbaiki kualitas diri sendiri, akan tetapi juga bagaimana
memperbaiki kualitas generasi mendatang, sehingga kita terhindar dari degradasi
keturunan.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar Atjeh. 1968.
Sejarah filsafat islam.Semarang: Ramadani.
Abu Hanifah. 1947. Rintisan
filsafat. Jakarta: Balai pustaka.
Ahmad Daudy.1984. Segi-segi
pemikiran filsafat dalam islam. Jakarta.
Bakker, Anton. 1975.
Metode-metode filsafat. Yogyakarta: BP Fakultas Filsafat UGM.
______, 1975 Sejarah
filsafat dalam Islam. Yogyakarta; Kanisius.
Beekman, Gerald, et. Al.,
1984. Filsafat para filusuf. Jakarta erlangga.
Bertens. 1975. Sejarah
filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
Boer, De 1958. “Filsafat
Islam” Diktat kuliah. Yogyakarta.
Brouwer. et. al, 1986.
Sejarah Filsafat Modern dan Sezamannya. Alumni bandung.
Driyarkara. 1969. Filsafat
manusia. Yogyakarta kanisius.
Ending Daruni, et, al.
1982. Filsuf-filsuf dunia dalam gambar. Yogyakarta: karya kencana.
Komentar
Posting Komentar