Fase Perkembangan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-Kanak
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya perkembangan merujuk kepada
perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perubahan fisik
meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi (pembuahan
ovum oleh sperma), dan hasil dari interaksi proses biologi dan genetika dengan lingkungan. Sementara
perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu,
seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.
Perkembangan dapat diartikan sebagai
proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya,
mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja,
sampai masa dewasa.
Perkembangan dapat diartikan juga
sebagai “suatu proses perubahan dari dalam diri individu atau organisme, baik
fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau
kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan”.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Dini
1.
Karakteristik Umum Anak Usia Dini
Usia dini merupakan
masa perkembangan dan pertumbuhanyang sangat menentukan perkembangan masa
selanjutnya. Erickson mengemukakan bahwa
“masa kanak-kanak merupakan gambaran manusia sebagai manusia. Perilaku yang
berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-kanak”.[1][1] Karakteristik Umum atau
sifat-sifat Anak Usia Dini, sebagai berikut:
a. Unik, artinya sifat anak itu
berbeda satu sama lainnya.
b. Egosentris, artinya anak lebih
cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.
c. Aktif dan Energik,
artinya anak lazimnya senang melakukan aktivitas.
d. Rasa inigin
tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal
e. Eksploratif dan
berpetualang, maksudnya terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya
menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru.
f. Spontan, artinya
perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak ditutup-tutupi sehingga
merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.
g. Senang dan kaya
dengan fantasi, artinya anak senang dengan hal-hal yang imajinatif.
h. Masih muda frustasi.
i. Masih kurang
pertimbangan dalam melakukan sesuatu.
j. Daya perhatian yang
pendek
k. Bergairah untuk belajar
dan banyak belajar dari pengalaman
l. Semakin menunjukkan
minat terhadap teman[2][2]
2. Perkembangan
Kognitif Anak Usia Dini
Piaget berpendapat bahwa anak berada pada tahap atau
periode “Praoperasional”, yang deskripsi
kemampuannya adalah sebagai berikut:
a. Mampu berfikir
dengan menggunakan simbol. Kemampuan ini merupakan subtahap pada
praoperasional, yang terjadi kira-kira antara usia 2-4 tahun.
b. Berpikirnya
masih dibatasi oleh persepsinya.
c. Berpikirnya
masih kaku belum fleksibel
d. Dapat
mengelompokkan sesuatu berdasarkan satu dimensi, seperti kesamaan warna, bentuk
dan ukuran.
e. Dikatakan juga
bahwa cara berpikirnya masih egocentrism, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan
antara perspektif sendiri dengan perspektif orang lain.
3. Beberapa
Upaya Menfasilitasi Perkembangan Anak Usia Dini
Ada beberapa
upaya yang seyogyanya diperhatikan atau dilakukan oleh orang tua atau guru
dalam rangka membimbing atau memfasilitasi perkembangan potensi anak secara
optimal.
Upaya-upaya tersebut adalah:
a. Dari segi Fisik, yaitu Kesehatan,
Motorik (kasar dan halus), Pemahaman tentang bagian dan fungsi tubuh. Upaya
pengembangannya:
1) Mengembangkan pemahaman dan
sikap positif terhadap kondisi fisiknya;
2) Menyediakan sarana untuk
bermain atau berolahraga;
3) Melatih olahraga dan
keterampilan;
4) Menjelaskan bagian-bagian dan
fungsi tubuh;
5) Menjelaskan keterbatasan
tubuh;
6) Mengembangkan kebiasaan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan tubuh.
b. Dari segi intelektual,
yaitu: keberbakatan atau kerativitas daya fikir, dan daya cipta. Upaya
pengembangannya:
1) Memberi contoh mendorong anak
untuk gemar membaca;
2) Mengenalkan lingkungan atau
menstimulasi anak dengan berbagai informasi yang berada dalam lingkungannya;
3) Mengenalkan angka, huruf, dan
bangun geometri;
4) Melatih anak untuk belajar
berfikir sebab akibat;
5) Membiasakan anak untuk berani
mengungkapkan ide/ gagasan atau mengajukan pertanyaan;
6) Melatih problem solving artinya
bertanya jawab dengan anak tentang cara memecahkan masalah-masalah kehidupan
sehari-hari;
7) Mendorong kemandirian anak untuk
melakukan tugas atau pekerjaannya sendiri;
8) Mengembangkan kemampuan imajinatif
atau daya cipta anak;
9) Mengadakan program-program yang
memberikan kesempatan kepada anak untuk
berkompetisi;
10) Mengidentifikasi kecerdasan anak melalui tes
kecerdasan dan memanfaatkannya
untuk layanan
bimbingan;
11) Mengenalkan kepada anak tentang produk-produk
teknologi yang berhubungan
dengan
komunikasi informatika.
c. Dari segi emosi, yaitu kecerdasan
emosional. Upaya-upayanya:
1) Menciptakan suasana emosional yang
kondusif baik dirumah maupun di sekolah;
2) Membicarakan tentang
perasaan-perasaan baik diri sendiri maupun orang lain;
3) Membicarakan tentang cara menyalurkan
keinginan tanpa mengganggu perasaan
orang lain;
4) Mengembangkan sikap dan
kebiasaan saling menyayangi dengan teman;
5) Mengembangkan sikap positif
(respek) terhadap diri sendiri dan orang lain;
6) Menghormati pribadi anak;
7) Memberikan penghargaan kepada
anak yang menampilkan prilaku atau prestasi
yang
diharapkan.
d. Dari segi
sosial,yaitu kedesiplinan, sikap toleransi, sikap altruis (tolong-menolong),
sikap kooperasi
atau kolaborasi (kebiasaan berkerjasama). Upaya-upayanya:
1) Menyusun tata tertib;
2) Mengembangkan sikap dan
kebiasaan untuk mentaati tata tertib dan menjelaskan
alasan
penerapannya;
3) Mengembangkan sikap dan
kebiasaan untuk saling menghormati, menolong, dan
menjalin persahabatan;
4) Memberikan informasi tentang
adanya keragaman agama, budaya dan suku dalam
masyarakat;
5) Menyusun program yang
melibatkan siswa dalam kegiatan kelompok;
6) Menerangkan tata krama atau
adat istiadat.
e. Dari segi kesdaran
beragama, yaitu: akidah, ibadah, dan akhlak. Upaya upayanya:
1) Memberikan contoh teladan;
2) Mengenalkan rukun iman dan
Islam;
3) Mengenalkan kekuasaan Allahn
melalui alam ciptaannya;
4) Mengajarkan cara berwudhu;
5) Mengajarkan bacaan dan
gerakan-gerakan shalat;
6) Membiasakan anak untuk
melakukan shalat;
7) Memberikan contoh,
latihan, dan dorongan kepada anak untuk menghapal doa doa
dan surat-surat pendek;
8) Mengajar tulis baca al-Quran
kepada anak;
9) Mengenalkan nama-nama dan
tugas para malaikat dan nabi;
10) Menceritakan riwayat para nabi;
11) Mengembangkan kebiasaan anak untuk bersikap hormat
kepada orang tua, guru, teman, dan orang lain;
12) Mengembangkan sikap dan kebiasaan berakhlakul
karimah;
13) Mengembangkan sikap toleran terhadap yang menganut
agama lain;
14) Membiasakan anak untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan;
15) Mengenalkan dan membiasakan anak untuk berpakaian
yang sopan;
16) Mengenalkan kepada anak tentang hal-hal yang
diharamkan agama;
17) Menyediakan sarana ibadah dan tempat
berwudhu yang memadai di sekolah, sebagai laboratorium keagamaan bagi anak.
B. Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Taman
Kanak-Kanak
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi
kemajuan perkembangan berikutnya. Pada usia ini
banyak juga perubahan fisiologis, seperti:
a. Pernapasan menjadi
lebih lambat dan mendalam, dan
Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan
berkembangnya kemampuan atau keterampilan motorik, baik yang kasar maupun yang
lembut.
2. Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget,[4][4] perkembangan
kognitif anak berada pada periode preoperasional yaitu tahapan dimana
anak belum mampu menguasai operasi mental
secara logis. Yang dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang
diselesaikan secara mental bukan fisik.
3.
Perkembangan Emosional
Beberapa jenis emosi yang berkembang
pada masa anak, yaitu sebagai berikut:
a. Takut, yaitu
perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap
membahayakan.
b. Cemas, yaitu perasaan
takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya.
c. Marah, yaitu perasaan tidak senang,
atau benci baik terhadap orang lain, diri
sendiri, atau
objek tertentu yang diwujudkan dalam bentuk verbal atau nonverbal.
d. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap
orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang
yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya.
e. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan,
yaitu perasaan yang positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya.
f. Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk
memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda.
g. Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek
yang tidak patut ditakutinya (takut abnormal).
h. Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan
ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat
fisik maupun nonfisik.
4. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia
prasekolah, dapat diklasifikasikan dua tahap yaitu sebagai berikut:
a.
Usia 2,0-2,6 tahun, bercirikan:
1) Anak
sudah bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna
2) Anak sudah mampu
memahami tentang perbandingan, misalnya burung pipit
lebih kecil dari burung
perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
3) Anak banyak menanyakan
nama dan tempat: apa, di mana, dan dari mana.
4) Anak sudah banyak
menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang
berakhiran.
b.
Usia 2,6-6,0 tahun, bercirikan:
1)
Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
2) Tingkat berpikir anak
sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu
sebab akibat melalui
pertanyaan-pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa dan
bagaimana.
5(.
Perkembangan Sosial. Tanda-tanda perkembangan sosial pada
anak, yaitu:
a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga
maupun
dalam lingkungan bermain.
b.
Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c.
Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
d. Anak mulai
dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya (peer
group)
6(.
Perkembangan Bermain
Kegiatan
bermain disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin
untuk memperoleh kesenangan. Terdapat beberapa macam permainan anak (Abu
Ahmadi, 1977), yaitu sebagai berikut:
·
Permainan Fungsi (permainan
gerak), seperti meloncat-loncat, naik dan turun tangga, berlari-larian, bermain
tali, dan bermain bola.
·
Permainan Fiksi, seperti
menjadikan kursi sebagai kuda, main sekolah-sekolahan, dagang-dagangan,
perang-perangan, dan masak-masakan.
·
Permainan Reseptif dan Apresiatif, seperti
mendengarkan cerita atau dongeng, melihat gambar, atau melihat orang melukis.
·
Permainan membentuk (konstruksi),
seperti membuat kue dari tanah liat, membuat gunung pasir, membuat
kapal-kapalan dari kertas.
·
Permainan Prestasi, seperti sepak
bola, bola voli, tenis meja dan bola basket.
7(.
Perkembangan Kepribadian
Aspek-aspek
perkembangan kepribadian anak itu meliputi hal-hal berikut:
a.
Dependency & Self – Image
Perkembangan sikap “independensi” dan
kepercayaan diri (self confididence) anak amat terkait dengan perlakuan
orangtuanya. Salah satu penelitian Braumrind (Ambron, 1981) menemukan bahwa
anak yang orangtuanya memberikan
pengasuhan atau perawatan yang penuh kehangatan, n mampu mengontrol diri.
b.
Initiative vs Guilt
Perkembangan dengan initiative
(inisiatif), pada tahap ini anak sudah siap dan berkeinginan untuk belajar dan
bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuannya. Yang berbahaya pada
tahap ini adalah tidak tersalurkannya energi yang mendorong anak untuk aktif,
karena mengalami hambatan dan kegagalan, sehingga anak mengalami guilt
(rasa bersalah). Perasaan bersalah ini berdampak kurang baik bagi perkembangan
kepribadian anak, dia bisa menjadi nakal atau pendiam.
8(.
Perkembangan Moral
Pada masa ini,
anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya.
Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tentang
kegiatan atau perilaku mana yang baik/boleh/diterima/disetujui/buruk/tidak
boleh/ditolah/disetujui.
9(.
Perkembangan Kesadaran Beragama
Kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun banyak bertanya.
b.
Pandangan ketuhanannya bersifat anthropormoph (dipersonifikasikan).
c.
Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka
telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
d.
Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya)
sesuai dengan
taraf berpikirnyayang masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut
dirinya) (Abin Syamsuddin Makmun, 1996)
ANALISA
Perkembangan adalah proses perubahan
kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya mulai masa usia
dini dan masa kanak-kanak.
Fase perkembangan anak usia dini
merupakan perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa
selanjutnya, dan merupakan gambaran seseorang pada masa dewasanya itu dapat
dideteksi pada masa kanak-kanak. Dari segi karakteristik anak usia dini
cenderung egosentris, unik, rasa ingin tahu, spontan, suka berfantasi, dan lain
sebagainya. Dari segi perkembangan kognitif anak usia dini dimana periode ini
adalah tahap pra oprasional yang deskripsi kemampuannya sebagai berikut.
·
Mampu berpikirdengan menggunakan
symbol
·
Berpikirnya masih dibatasi oleh
persefsinya
·
Berpikirnya masih kaku belum
fleksibel.
Upaya
untuk mempasilitasiperkembangan anak usia dini yaitu harus diperhatikan fisiknya
yaitu, kesehatannya, motorik, pemahaman tentang bagian dan fungsi tubuh dan
dari segi intelektual atau kreatifitas daya fikir dan daya ciptanya. Hal ini
harus dikembangkan dengan memberikan conto teladan, dikenalkan dengan
lingkungan, mengenalkan angka-angka.
Fasi
perkembangan anak usia taman kanak-kanak dimana fase ini sudah ada kemajuan
dari fase usia dini dan masih harus diperhatikan, karena fase ini masih perlu
bimbingan dan kasih sayang baik fisiknya supaya kesehatannya selalu terjaga,
dan intelektualnya supaya bisa berpikir lebih logis dan berkembang. Dari segi
emosionalnya supaya seimbang antara perasaan senang dan sedihnya.
BAB III
PENUTUP
Anak usia
prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak
mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat
mengatur diri dalam buang air (toilet
training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan
dirinya)
Perkembangan dapat diartikan sebagai
proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang
kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak,
masa remaja, sampai masa dewasa.
Perkembangan dapat diartikan juga
sebagai “suatu proses perubahan dari dalam diri individu atau organisme, baik
fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau
kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan”.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu LN, M.Pd. 2006. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. PT.
Remaja Rosda Karya: Bandung
Yusuf, Syamsu LH & Nani M.
Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta
Didik. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Komentar
Posting Komentar